Sabtu, 20 Juni 2020

PERAYAAAN HARI LINGKUNGAN HIDUP OLEH PROGRAM STUDI KEHUTANAN

    

     Dalam rangka Hari Lingkungan Hidup se-dunia yang jatuh setiap tanggal 5 Juni, Program Studi Kehutanan - Universitas Halmahera melakukan penanaman 50 bibit mangrove dan membersihkan pantai di Desa Kali Upa, Kabupaten Hamahera Utara. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2020 secara terbatas oleh 4 (empat) orang dosen kehutanan dan seorang alumni mengingat kondisi pandemi covid-19 yang masih mengkhawatirkan. Penanaman mangrove ini merupakan kegiatan ke-empat kalinya dilaksanakan oleh Program Studi Kehutanan dalam dua tahun terakhir guna merehabilitasi pesisir pantai Desa Kali Upa yang mengalami kerusakan ekosistem mangrove.

    Peringatan Hari Lingkungan Hidup sendiri setiap tahun dirayakan oleh dunia untuk memperingati konferensi internasional pertama tentang lingkungan hidup pada tanggal 5-16 Juni 1972 di Stockholm, Swedia, di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Peringatan Hari Lingkungan Hidup merupakan momentum setiap pihak untuk menjadi bagian dari aksi global dalam menyuarakan pelestarian ekosistem alam dan pemanfaatannya yang berkelanjutan, serta gaya hidup yang ramah lingkungan (RS).

Sabtu, 06 Juni 2020

TALKSHOW DI RADIO SPB DAN RADIO PEMDA DALAM RANGKA HARI LINGKUNGAN HIDUP

Ketua Program Studi Kehutanan UNIERA diundang oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) melaksanakan bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Halmahera Utara, Bapak Samud Taha, SP., M.Si di radio Suara Paksi Buana (SPB) FM dan radio Pemda pada Hari Jumat, 05 Juni 2020. Talkshow dilaksanakan dalam rangka Hari Lingkungan Hidup (HLH) se-dunia yang jatuh setiap tanggal 5 Juni.

Tema HLH yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2020 adalah time for nature. Tema ini sangat sesuai dengan kondisi yang dialami dunia saat ini yakni pandemi covid-19, sebuah wabah penyakit yang diakibatkan oleh rusaknya tatanan ekosistem alam akibat ulah manusia. Saatnya kita sebagai makhluk yang diberikan Tuhan akal budi untuk hidup harmonis bersama dengan alam. Makanan yang kita konsumsi, air yang kita minum, udara yang kita hirup, serta iklim yang memungkinkan kita untuk hidup, berasal dari alam. Oleh karenanya untuk menjaga diri kita, kita harus menjaga alam. Selamat Hari Lingkungan Hidup. (RS)

Selasa, 02 Juni 2020

Hutan Serba Guna (HSG) Universitas Halmahera

Universitas Halmahera (UNIERA) memiliki Hutan Serba Guna sebagai hasil kemitraan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Penandatanganan Nota Kesepahaman telah dilaksanakan antara Rektor Universitas Halmahera dan Dirjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung, KLHK, pada tanggal 27 Maret 2019 di Ternate. Pembangunan hutan serba guna seluas 10 Ha pada lahan milik kampus UNIERA di Desa Wari Ino, Tobelo, meliputi penanaman pohon-pohon MPTS (Multi Purpose Tree Species) yakni rambutan, durian, manggis, mangga, kelengkeng, matoa, kenari dan pala, serta tanaman kayu seperti gofasa dan sengon.

Hutan serba guna akan bermanfaat sebagai media pendidikan lapangan bagi sivitas akademika program studi kehutanan, sebagai hutan kota dan sebagai wahana edutourism (wisata berbasis pendidikan). Produksi buah-buahan yang akan diperoleh 4-5 tahun ke depan juga diharapkan menjadi sumber pendanaan bagi kampus.

Disamping berisi tanaman keras, hutan serba guna juga dikombinasikan dengan pertanian tanaman pangan seperti bawang merah, cabai, tomat dan sayuran yang membentuk sebuah model agroforestry. Perpaduan kehutanan dan pertanian ini menjadi keunggulan khusus sehingga bagi mahasiswa kehutanan yang tertarik terhadap ilmu praktis pertanian juga bisa memperolehnya, disamping yang utama ilmu kehutanan.

Kamis, 28 Mei 2020

Membangun Kesadaran Ekologi, Pembelajaran dari Pandemi Covid-19

Pandemi yang disebabkan oleh virus corona (Covid-19) sering sekali cenderung dipandang hanya dari perspektif kesehatan, yakni sebagai penyakit. Dengan begitu, jawabannya adalah bagaimana mencegah penyebaran dan menemukan antivirus. Kita jarang menemukan diskusi bagaimana seharusnya membangun relasi sosial ekologi sebagai pembelajaran dari pandemi covid-19. Covid-19 merupakan zoonosis atau penyakit satwa yang berpindah ke manusia. Kemunculannya merupakan penanda adanya masalah antara manusia dengan alam.

Dokumen Frontiers Report tahun 2016 oleh UNEP (United Nations Environment Program) sebuah badan PBB yang membidangi lingkungan hidup memaparkan kekhawatiran semakin berkembangnya penyakit zoonosis. Sejak abad ke-20, telah terjadi peningkatan drastis penyakit menular, dimana sekitar 60% merupakan zoonosis. Belum pernah terjadi sebelumnya pengurangan drastis ekosistem alami dan keanekaragaman hayati, serta peningkatan populasi manusia dan satwa yang didomestikasi (ternak). Sebelumnya juga tidak banyak peluang bagi patogen untuk lolos dari alam dan ternak untuk menjangkiti manusia.

UNEP menyebutkan bahwa rata-rata satu penyakit menular muncul setiap empat bulan. Penyakit zoonosis muncul berkaitan erat dengan perubahan lingkungan atau gangguan ekologis, misalnya deforestasi, perubahan iklim, penurunan keanekaragaman hayati, serta rusaknya habitat satwa liar itu sendiri. Will Steffen et al. (2015) menyebut perubahan lingkungan hidup global sebagai the Great Acceleration.

Dalam beberapa dekade terakhir, sejumlah penyakit zoonozis muncul sebagai pandemi seperti ebola, flu burung, Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Rift Valley Fever, Sudden Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan penyakit oleh virus zika. Sementara itu, covid-19 diduga berasal dari kelelawar dan trenggiling yang menjadi “intermediate host” sebagaimana kajian oleh Professor Andrew Cunningham, Deputy Director of Science, ZSL (Zoological Society of London), dan para ilmuwan di South China Agricultural University.

CIRAD (Centre de coopération internationale en recherche agronomique pour le développement), sebuah lembaga riset Pemerintah Perancis menyatakan bahwa jika kita tidak mengurangi aktifitas manusia yang mengancam keanekaragaman hayati maka kita mendorong penyebaran penyakit-penyakit baru. Salah satu penyebab penyebaran patogen-patogen adalah hilangnya keanekaragaman hayati, tidak hanya jumlah jenis kehidupan liar, namun juga keragaman genetik oleh domestikasi/pembudidayaan. Keragaman genetik sangat penting bagi ketahanan terhadap patogen. Keragaman genetik yang tinggi dari spesies inang potensial akan membatasi penularan virus.

Belajar dari pandemi covid-19, dibutuhkan penguatan pondasi kesehatan ekologi yang berfokus pada ketergantungan bersama antara fungsi ekosistem, perilaku sosioekologi serta kesehatan manusia, satwa dan tumbuhan. Pendekatan one health atau sehat bersama penting untuk diadopsi. Para pengambil keputusan mulai dari global hingga lokal hedaknya mengakui keterkaitan yang kompleks antara kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan bersama-sama. Pendekatan ini memastikan bahwa keputusan bagi pembangunan yang dilakukan akan memperhitungkan konsekuensi jangka panjang terhadap alam dan manusia. Hanya dengan ini kita bisa meningkatkan ketahanan dan mengurangi resiko pandemi baru. (RS)

PERAYAAAN HARI LINGKUNGAN HIDUP OLEH PROGRAM STUDI KEHUTANAN

          Dalam rangka Hari Lingkungan Hidup se-dunia yang jatuh setiap tanggal 5 Juni, Program Studi Kehutanan - Universitas Halmahera me...